Trip Jogja dan (apes) di Borobudur

Berawal dari membaca beberapa blog dan artikel tentang perayaan waisak, ogut tertarik sekali mengunjungi candi Borobudur untuk melihat perayaan waisak dengan pelepasan lampion-nya yang termasyhur itu.
Dengan waktu liburan waisak yang bertepatan dengan weekend dan kebetulan ada teman yang mengajak ke Jogja dan dia yang juga tertarik begitu ogut ceritakan akan perayaan waisak di Borobudur, maka akhirnya rencana ke Borobudur pun bisa diwujudkan.
Namun kali ini tidak seperti biasanya, ogut akan menjalani trip ini dengan naik sepeda motor ala bikers bersama 3 orang kawan. Tentu saja ini menarik karena merupakan pengalaman pertama ogut bepergian jauh dengan naik sepeda motor.
Perjalanan dimulai dari kampung halaman ogut, Tulungagung. Sebenarnya ada 2 jalur yang bisa diambil untuk menuju Jogja. Namun teman ogut memilih jalur yang sedikit ekstrim namun cepat karena perjalanan menuju Jogja hanya memakan waktu 6 - 7 jam.
Perjalanan begitu butuh pengorbanan dan menyiksa jiwa dan raga (tsaaaah). Kami berempat berangkat jam 9 malam melewati jalur naik-turun gunung Ponorogo - Wonogiri. Dinginnya udara malam dan jalanan pegunungan dengan penerangan lampu yang minim menambah ekstrimnya trip kali ini. Sempat beristirahat beberapa kali karena dilanda kelelahan luar biasa akhirnya kami baru sampai Klaten sekitar jam 5 pagi, dan masuk wilayah Jogja setengah jam kemudian. Ternyata perjalanan memakan waktu lebih dari yang diperkirakan.
Sampai disana kami langsung disambut kolega sesama bikers teman saya, dan langsung diantar menuju Parangtritis.
Sebenarnya teman kami yang asli Jogja lebih merekomendasikan pantai yang ada Gunungkidul atau Wonosari tapi ogut dan kawan kawan sendiri sudah terlanjur penasaran akan nama besar Parangtritis, pantai utara yang terkenal akan ombak ganasnya dan mitos Nyi Roro Kidul.

Parangtritis yang termasyhur :


















Menghabiskan sekitar satu jam di pantai ini sudah cukup bagi kami. Karena ...ehm... ga ada bikini disana dan kebetulan keadaan kami yang memang sudah kelelahan karena 8 jam perjalanan membuat kami segera ingin beristirahat. Jadilah kami pulang menuju kediaman salah seorang teman. Disana kami beristirahat dan ternyata keblabasan. Hampir seharian kami tertidur karena dilanda kecapekan yang luar biasa. Tak kurang rencana menjelajah Jogja pun gagal total. Itenerary yang sudah dibuat untuk mengunjungi Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg, Pemandian Keraton Taman Sari, Malioboro hingga Bukit Bintang pun harus melayang karena kami tidur layaknya orang yang baru dihantam Chuck Norris dari kanan dan ditendang Bruce Lee dari kiri .... yups kami baru bangun sore harinya.
Setelah berunding dan melakukan analisa setara Spongebob akhirnya kami memutuskan untuk langsung menuju Magelang untuk mengunjungi candi Borobudur karena waktu minim yang kami miliki.
Dari pengalaman ini sih, ogut bisa memberikan saran jikalau kawan sekalian memilih trip menggunakan sepeda motor sebaiknya pastikan memiliki waktu tenggang yang cukup lama agar waktu istirahat dan berpelesir berimbang. Karena pasti keletihan dan waktu yang minim akan menjadi penghalang tersendiri.


.........dan cerita apes ini dimulailah......

Kami berangkat sekitar jam 3 sore dari Jogja, estimasi waktu yang normalnya memakan waktu 1 jam ternyata molor lagi. Kota Jogja yang awalnya cerah ceria pada akhirnya mendung dan menjatuhkan hujannya, belum lagi jalan menuju Magelang yang macet di saat weekend membuat perjalanan kami semakin lama. Kami berteduh hampir satu jam sebelum akhirnya nekat menembus hujan. Akhirnya kami sampai wilayah Borobudur sekitar jam 6 sore. Dengan keadaan basah dan letih kami bersiap memasuki Candi untuk segera melihat perayaan waisak yang mendunia ini.
Sampai dengan keadaan lelah dan capek, ternyata masuk ke Candi tidak semudah yang ogut bayangkan. Lautan manusia yang datang tidak sesuai dengan jumlah pintu masuk membuat banyak sekali para traveler yang ingin masuk candi mengantri seperti mengingatkan ogut akan pembagian sembako siap ricuh kapan saja. Pintu gerbang tidak dibuka sepenuhnya, mungkin hanya sekitar satu meter dan itupun dengan sistem buka tutup yang membuat antrian manusia di gerbang masuk menjadi semakin mengular. Sekitar 1 jam ogut menunggu dan akhirnya gerbang dibuka, ricuh dan saling dorong pun tak bisa dihindarkan. Ogut bersyukur bisa segera masuk, karena beberapa saat setelah ogut dan kawan ogut berhasil masuk, gerbang kembali ditutup. Entah bagaimana nasib mereka yang ada diluar.
















Setelah masuk area candi kami harus mengantri kembali untuk security check, tak kurang kami harus melewati metal detector (kayak dibandara) dan penggledahan tas.
Berhasil melewati itu semua kami lega dan sempat menikmati Borobudur waktu malam, sekaligus menyempatkan diri untuk istirahat dan rebahan di area candi.


















Selesai rehat, kami pun segera menuju sisi candi dimana upacara puncak waisak diadakan, disinilah kesialan mulai menyerbu, hujan benar benar mengguyur Borobudur akhirnya, mulai dari awal acara hingga malam tiba. Memasuki penghujung acara sekitar jam 11 malam hujan bukannya reda tapi justru bertambah deras, hingga sampai akhirnya panitia mengumumkan bahwa pelepasan lampion tidak diadakan. Dan tiba-tibalah gemuruh teriakan 'boooo' serentak terdengar, dari mereka yang jauh jauh datang, mereka yang rela berbasah basahan menunggu sampai para fotografer yang sudah menyiapkaan kamera dan tripodnya untuk mengabadikan momen indah dan langka ini.
Ogut sendiri pun juga sempat kecewa, pengorbanan perjalanan dan penantian di tengah guyuran hujan untuk melihat langsung pelepasan lampion tidak berbuah hasil, tapi bagaimana lagi tak ada juga yang bisa ogut lakukan.
Ogut sendiri berharap masih bisa melihat acara pelepasan lampion ini di tahun tahun berikutnya. Karena ada isu bahwa Borobudur tidak akan dibuka untuk umum untuk acara waisak. Yah memang selalu menjadi pro dan kontra mengingat selalu kontroversialnya perayaan Waisak di Borobudur ini tiap tahunnya.
Nah dari pengalaman berikut ini sih ogut bisa memberikan saran bagi kawan sekalian yang berminat untuk melihat perayaan waisak di Borobudur untuk tahun tahun berikutnya sebaiknya melakukan persiapan yang matang. Baik dari transportasi, jadwal pelesir hingga fisik dan mental.

Komentar

Posting Komentar